ini cerpen yang gue bikin dan pernah gue pake buat tugas bahasa indonesia gue. ini asli punya gue, no bajak please! hahahaha. jadi intinya ini tuga b.ind gue yang gue post. so, happy reading!
Keisha terdiam lagi mengingat pertengkarannya dengan mamanya di telepon tadi siang. Keisha begitu kesal dan marah pada mama nya. Dan Keisha pun tau kalau mama nya jengkel dari suaranya di telfon tadi.
“Mama! Tolong ngertiin perasaan aku! Aku tuh capek siang malam belajar terus. Lha ini, mama seenaknya aja nambah jadwal les aku. Otakku lama-lama bisa pecah, ma!” kata Keisha mete-mete di telepon.
“Kay, ini kan demi masa depan kamu juga. Kamu nurut dong sama mama. Apa yang mama lakukan sekarang ini semata mata untuk masa depan kamu, Kay.”
“Salah, Ma. Mama ngelakuin ini semua supaya aku jadi apa yang mama mau! Iya kan?” suara Keisha pun mulai meninggi. Hatinya panas, ingin sekali ia berteriak kepada mama nya saat itu juga.
“Keisha! Jangan bicara seperti itu kepada Mama!”, sekarang Mama pun mulai jengkel atas sikap Keisha.
“Mama, Aku kan cum-“
Tut tut tut. Tiba tiba pembicaraan itu diputus oleh Mama. Keisha geram, tangannya meremas ujung sweater yang sedang dipakainya. Keisha merasa sangat dongkol, dan tak bisa berbuat apa-apa. Dia merasa bahwa dunianya yang seharusnya dilaluinya dengan perasaan gembira dan semangat manusia muda, kini seakan akan berada di dalam genggaman Mamanya sendiri.
Keisha memang bukan anak tunggal, dia memiliki seorang abang yang sedang menuntut ilmu di negeri orang, Singapura. Papa-nya termasuk salah satu konglomerat di daerahnya. Namun, Keisha hanya dapat bertemu dengan Aldo, abangnya sekali 6 bulan. Sementara Papa terlalu sibuk dengan urusannya. Semua kelengkapan materi yang dimilikinya tidaklah membuatnya bahagia.
***
Lidya, mama Keisha menarik nafas panjang. Mungkin aku egois, batinnya. Akhir- akhir ini hubungannya dengan anak perempuannya satu-satunya tidak bisa dibilang baik. Masing-masing saling menjatuhkan, kalau bisa mematahkan pendapat masing-masing.
Lidya menghela napas. Ia tidak ingin ini semua terjadi antara dia dan Keisha. Ya, dia menginginkan Keisha menjadi seorang dokter besar nantinya. Ia tak menyangka, Keisha begitu keras menyikapi hal ini.
***
“Kamu kenapa sih Kay? Kok dari tadi aku liat kamu cemberut aja terus. Hei.. cerita dong..” kata Sheila, teman sebangku Keisha yang sekaligus sahabat baiknya sejak kecil. Keisha hanya menatap Sheila, dan tidak berkata apa-apa. Sheila hanya bisa melongo melihat Keisha.
“Hmm.. Akhir akhir ini aku berantem terus sama Mama. Tau gak? Mama itu egois banget, La. Aku kesel banget! Masa’ jadwal les aku yang udah sebanyak itu ditambah lagi sih sama Mama? Gila! Kejam banget kan, dia?” kata Kheisa. Dari nada bicaranya, jelas sekali kalau dia kesal.
“Kay, kamu nggak boleh ngomong kayak gitu dong.. Dia itu mama kamu Kay..” jawab Sheila menasehati Keisha.
Keisha terdiam lagi. Berpikir. Sebenarnya, perkataan Sheila ada benarnya. Tapi bagaimana lagi, hatiku sudah beku, batin Keisha. “Dia tetep aja salah, La. Sekarang aku jadi jarang latihan vokal sama main keyboard. Kamu tau kan, aku tuh pengen jadi musisi. Mama juga tau itu.” Kata Keisha dengan suara tertahan. Lalu dia beranjak pergi, meninggalkan Sheila yang terbengong bengong sendirian di kelas.
***
Keisha sendirian. Dia duduk di salah satu pojokan kursi di perpustakaan sekolah. Kedua tangannya memegang sebuah novel berjudul “For You, My Lovely Mom”. Mata Keisha bergerak mengikuti tulisan tulisan di novel tersebut, tapi sebenarnya tak satu pun kata hinggap di otaknya. Keisha terlalu sibuk memikirkan masalahnya. Keisha tau dia punya salah terhadap Mama nya, namun hatinya terlalu malu untuk mengakuinya.
“Ehm.. sendiri aja Kay.” Kata Davi, teman sekelasnya, mengejutkan Keisha dari lamunannya.
“Eh, kamu Dav. Tumben ke perpus.” Kata Keisha basa basi. Davi mengambil posisi duduk berhadapan dengan Keisha. Davi melirik judul novel yang dipegang Keisha. Ia hanya tersenyum kecut.
Keisha memperhatikan Davi. Ya, Davi memang tampan, pikirnya. Pantas saja banyak anak perempuan di SMA Nusa Bangsa ini yang sangat mengidolakan Davi. Terlebih lagi, Davi adalah anak basket. Banyak wanita yang histeris melihat aksinya.
Sejujurnya Keisha bingung kenapa Davi mendekatinya dan mau mengajaknya bicara. Di kelas, Davi termasuk seorang yang pendiam. Davi terus menatap Keisha, yang kontan membuat Kay jadi salah tingkah.
“Tumben kamu baca novel Kay. Biasanya kamu berkutat sama buku pelajaran. Nggak biasanya, loh. Kamu selalu sibuk.” Kata Davi. Keisha mengangkat sebelah alisnya. Bertanya tanya dalam hati.
“Aku tau kamu lagi ada masalah Kay.” Kata Davi, menatap Keisha lurus lurus.
Keisha mendelik curiga. “Maksud kamu?” tanya nya.
“Aku tau kamu lagi ada masalah sama Mama kamu, Kay. Iya kan? Udah lah.. Jangan kamu pikirin kata kata Mama kamu Kay. Itu Cuma bikin kamu tambah tersiksa aja.. Kamu butuh refresing Kay..” kata Davi setengah membujuk.
“Sejak kapan kamu jadi peduli sama aku Dav? Di kelas aja kita jarang bicara. Apa maksud kamu sih, Dav?” tanya Keisha.
Davi tersenyum kecut lagi. “Yah.. Di kelas aku emang pendiam Kay. Sejujurnya aku udah lama peduli sama kamu, Kay. Keisha.. kita pergi keluar yuk? Aku kasian kalau liat kamu kayak gini terus. Yuk? Refreshing Kay..” bujuk Davi.
Keisha sempat tersipu. Dia memikirkan kata kata Davi. Benar juga kata Davi, aku sangat butuh refreshing, pikirnya. Keisha teringat Mama nya lagi. Seketika wajahnya tampak kesal lagi mengingat seseorang yang diktator tersebut. Cuma ini kesempatannya untuk lari dari kehidupan sejenak.
“Hmm.. Oke Dav.. Kita mau kemana? “ tanya Keisha mulai antusias. Davi tersenyum.
“Lihat aja nanti, Kay. Pulang sekolah, oke? “ kata Davi. Keisha mengangguk.
***
Keisha memasukkan barang-barangnya ke dalam ranselnya. Davi menghampirinya dari bangku belakang. “Yuk, Kay..” katanya. Keisha mengangguk. Sheila mendelik curiga. Mau apa Keisha?, pikirnya.
Davi dan Keisha melangkah keluar kelas. “Kamu mau kemana Kay?” tanya Sheila. “Kemana aku mau pergi.” Jawab Keisha dingin, dan terus melangkah ke luar kelas.
“Kay..” Sheila menahan lengan Keisha. Keisha menampisnya, kemudian menatapnya sinis.
“Kalau kamu sampai cerita sama Mama aku, kita nggak akan pernah berteman lagi.” Kata Keisha tajam. Sheila terkejut dan hanya bisa terpaku ditempat dan membiarkan Keisha berjalan bersama Davi.
***
Angin menerpa wajah Keisha yang sedang duduk di atas motor Davi. Keisha merasa sangat senang. Sangat jarang dia merasakan hembusan hembusan angin seperti ini.
“Kay, kita makan aja dulu, ya.” Sahut Davi yang sedang membawa motor. “Ya, terserah kamu aja Dav.” Jawab Keisha. Lalu mereka pun berhenti di sebuah kafe yang cukup terkenal. Davi memarkir motornya dan mengajak Keisha masuk.
Davi memesankan makanan untuknya dan Keisha. Keisha melirik jam tangannya. Sudah jam 5 sore. Keisha teringat lagi pada Mamanya. Sontak Keisha memalingkan pikirannya. Ia ingin bebas satu malam ini saja. Kemudian Keisha mengambil ponsel nya dari saku. Sudah ada 2 panggilan tak terjawab dari Mamanya serta 6 pesan masuk. 2 dari Sheila, 4 lagi dari Mamanya. Semuanya bertanya tentang keberadaannya. Keisha kemudian mengnon-aktifkan ponselnya dan memasukkannya ke dalam tas.
Davi mengajak Keisha keliling keliling kota setelah mereka makan. Davi juga mengajak Keisha melihat senja di pantai. Keisha sangat senang sehingga lupa waktu. Tak sadar bahwa waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam.
Davi mengajak Keisha ke sebuah rumah kecil. “Kita istirahat sebentar, Kay.” Katanya. Keisha mulai curiga. Sekarang dia tau apa yang ada di otak Davi sekarang. Bodohnya aku, pikir Keisha. lalu Keisha pun berniat untuk melarikan diri. Ada rasa sesal yang sangat besar dalam hatinya.
“Dav.. Udah malam, aku pulang aja ya.” Kata Keisha kemudian melangkah ke pintu. “Kok cepat Kay? “. Tanya Davi. “Hmm.. Mama pasti nyariin aku, Dav. Aku nggak mau nambah masalah sama Mama. “ kata Keisha lagi, lalu melangkah keluar.
Tiba tiba Davi mencengkeram tangan Keisha. “Nggak, Kay. Kamu nggak boleh pulang.” Kata Davi dengan kesal, kemudian menarik Keisha ke dalam rumah. Davi menjatuhkan Keisha ke sofa, dan menutup pintu. Davi mendekati Keisha yang sudah memucat.
Keisha takut setengah mati, namun berusaha untuk tetap tenang. Mamanya yang sedang mencemaskannya, masa depannya yang mungkin hancur, Sheila yang tadi disakitinya, ibadahnya yang ia tinggalkan, semuanya kini terbayang bayang di otaknya. Matanya memanas, kemudian air matanya meleleh. Tak menyangka kalau Davi adalah seorang bajingan. Dia menyasesali perbuatannya, keegoisannya, kebodohannya, kecerobohannya. Tak ada gunanya menangis, batinnya.
Davi mendekatkan dirinya pada Keisha sambil mencengkeram pundaknya, membuat Keisha sulit bergerak. Keisha meronta, sehingga Davi mengganas. Diam diam diraihnya sebuah vas diatas meja, kemudian dipukulkannya ke kepala Davi yang kontan menjerit. Sekuat tenaga Keisha menendang tubuh Davi yang akhirnya jatuh terjerembab di lantai. Keadaan Davi membuatnya sulit berdiri.
Keisha lari ke pintu yang tadi lupa dikunci oleh Davi. Beruntungnya aku, batinnya. Keisha kemudian berlari kencang ke jalan raya . Orang orang memperhatikannya. Seragamnya compang camping dan rambutnya kusut. Sebagian orang bisa menebak apa yang telah terjadi.
Keisha merasa sangat bersyukur, diasakunya dia masih memiliki cukup uang untuk pulang. Keisha pun menyetop taksi untuk pulang. Keisha menyebutkan tujuannya, supir pun mengangguk. Keisha masih terengah engah. Dadanya terasa sesak. Air mata nya pun mengalir lagi.
***
Lidya cemas. Wajahnya pucat memikirkan anaknya. Dia mondar mandir di ruang tamu. Sheila duduk di salah satu sofa, juga cemas. “Sabar tante, Keisha pasti pulang.” Kata Sheila. “Kamu yakin, nggak tau dia kemana, La? “ tanya Lidya. Sheila menggeleng lemah. Lidya menghela napas panjang, lalu mendudukkan dirinya. “Ini semua memang salah Tante, Sheila..” katanya.
Tiba tiba terdengar pintu dibuka. “Mama! Mama! “ teriak Keisha sambil menangis. Lidya menyadari kalau Keisha sudah pulang. “Kay..” katanya kemudian memeluk erat Keisha. Tangisnya pecah dalam pelukan Mamanya. Lidya mengelus elus rambut Keisha. “Kamu kenapa, Sayang?” tanyanya, kemudian menuntun Keisha duduk. Keisha menceritakan semuanya.
“Keisha.. Kamu nggak kenapa kenapa kan? “ tanya Mamanya. Keisha menggeleng lemah. Masih trauma atas apa yang baru terjadi. Sheila juga terkejut atas apa yang baru menimpa sahabatnya. Dia tak menyangka kalau sang idola di sekolahnya ternyata adalah seorang bajingan.
“Mama minta maaf ya, Sayang. Mama tau Mama egois karna udah memaksakan kehendak Mama. Mama nggak akan maksa kamu lagi, Kay, Mama janji. Mama akan konsekuen sama kamu, Kay. Mama mau yang terbaik buat kamu.” Kata Mama tulus.
“Kay juga minta maaf, Ma. Kay juga salah. Kay egois. Kay bodoh dan nggak berpikir sebelum bertindak. Maafin Kay, Ma. Kamu juga Sheila, aku minta maaf. Aku udah nyakitin kamu tadi. Aku nggak dengerin kamu, padahal kamu benar..” kata Keisha.
“Iya, Kay.. Udah aku maafin kok. “ kata Sheila. Mereka pun berpelukan.
***
Esoknya, Lidya melapor ke kepala sekolah atas apa yang terjadi kemarin pada Keisha. Bapak kepala sekolah terkejut dan tidak menyangka. Akibatnya, Davi pun dipanggil oleh Kepala Sekolah atas perbuatannya. Untungnya Davi mengaku salah, dan dihadapi oleh hukuman, di keluarkan dari sekolah.
Davi menerima hukuman tersebut. Orang tuanya merasa malu. Akhirnya mereka memtuskan untuk menyekolahkan Davi di luar negri. Davi pun kapok. Semua orang di sekolah membencinya. Anak anak perempuan menyesal telah mengidolakannya.
Keisha mulai bisa tersenyum. Mamanya tak lagi memaksanya dengan berlebihan. Tapi Keisha tetap berusaha menjadi seorang dokter seperti keinginan Mamanya, dan juga menyeimbangkan semuanya dengan hal yang paling dia sukai, musik.
Akhirnya Keisha belajar untuk mensyukuri hidup, dan menjalaninya sengan senyum dan keikhlasan.
TAMAT
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kitty on The Stage. Powered by Blogger.
About Me
- Mhicya Utami Ramadhani
- i'm just an ordinary girl. i love singing, i love music, i love poem and all about ART :)) dream-catcher. ice queen. student of Medical Education, Medical Faculty of Andalas University.
ayo! ayo! komen komen! :3
ReplyDelete